SIRAMAN

Siraman atau acara mandi keramas dimaksudkan untuk mensucikan calon pengantin. Siraman dilakukan 1 hari sebelum pernikahan antara pukul 11.00 – 12.00. Sebelum siraman dimulai, kita harus membuat sajen siraman.
Alat – alat untuk siraman :
1. Air tawar / air hangat yang telah ditaburi dengan bunga telon (mawar, melati, dan kantil)
2. Dua buah kelapa gading kuning yang diikat jadi satu, dimasukkan ke bak mandi.
3. Kosokan mandi : mangir.
Sebelumnya, pengantin harus sudah melakukan luluran badan 7 hari sebelum pernikahan.
Bahan lulur terdiri dari:
Klabet, waron, mesoyi, kayu legi, kayu cendana, kayu garu. Semua bahan ini ditumbuk, dipipis satu persatu lalu dicampur kemudian dipipis lagi sampai halus. Lulur ini dipakai oleh calon pengantin tiap hari.
Nenek moyang kita melakukan luluran ini 35 hari sebelum hari pernikahan. Sekarang, kita cukup 7 – 3 hari sebelum hari pernikahan. Sebelum nikah, pengantin harus menjalani sengeran atau dipingit selama 3 hari, tidak boleh kemana-mana.
4. Kendi diisi dengan air wudlu, londo merang, air asam atau santan yang diberi jeruk purut.
5. Dingklik yang dialasi kloso bongko, diatasnya diberi daun kluwih, daun alang-alang, daun opo-opo, daun dadap srep, daun nanas, kain putih ± ½ m.
6. Handuk, kain untuk ganti, atau daster.
Pelaksanaan Siraman
1. Calon pengantin memakai kain, kainnya boleh corak apa saja.
2. Sebelum siraman, calon pengantin melakukan sungkeman kepada orangtuanya. Setelah sungkeman, calon pengantin putri dihantarkan ke tempat siraman.
3. Calon pengantin duduk di kursi yang sudah dilapisi daun-daunan.
4. Yang memandikan adalah :
1) Ayah : mengenakan kain corak “Cakar”, baju beskap
landung, dan memakai destar.
2) Ibu : mengenakan kain corak “Cakar” kebaya yang
serasi dengan kainnya.
3) Eyang
4) Para pinisepuh, 3 - 5 orang
5) Yang terakhir : juru rias.
Yang memandikan berjumlah ganjil, 7 atau 9 orang. Setelah mandi dan keramas, kemudian dibilas dengan air asam/santan yang sudah diberi jeruk purut.
Langkah terakhir adalah diguyur dengan air kendi, kemudian kendi dipecah dengan mengucapkan:”Calon pengantin Wis Pecah Pamore”. Lalu rambut ditutup dengan handuk, kemudian calon pengantin ganti baju yang sudah disediakan. Upacara siraman selesai.

DOA SIRAMAN
Bismillah niatingsun ngedusi temanten, ancik-ancik watu gilang, banyune banyu suci, ciduke pulung sari. Disirami tanggal siji kaya tanggal sepuluh, disirami tanggal sepuluh koyo tanggal pat belas. Piturunane bok dewi pertimah. Piturunane widodari seketi kurang siji. Entukno pangestune dewi Suprobo, tumurune angalupo marang mbok pengantin. Tejo ono sangarepe simbar probo ono dadane mbok pengantin. Doa ini diucapkan, boleh juga tidak, tergantung kepercayaan masing-masing.
Setelah siraman selesai, pengantin putri harusnya digendong ayahnya menuju ke kamar pengantin. Tapi sekarang ritual ini dilakukan secara simbolis. Caranya : pengantin putri berjalan dibelakang ayahnya, sambil tangannya memegang pundak sang ayah menuju ke kamar pengantin. Ritual ini mempunyai arti yaitu : Ngentaske anak = mengentaskan seorang anak.